Arsip untuk Juni, 2008

Gerakan simbolik itu bernama Fron Pembela Islam (FPI). Mereka mengaku suara Islam; meneggakan yang makruf dan mencegah yang munkar. Lahir dari ruang kekuasaan yang seharusnya mengayomi tetapi kerap kali menyerang: aparat negara. Mereka seolah dilindungi, padahal jelas-jelas nyata menjadi ayat penentang kebangsaan.

Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan, senyampang dengan Peringatan Hari Pancasila 1 Juni, gagal memberikan petisi kepada pemerintah: “Bela kemajemukan!” Segerombolan massa dengan syahwat setan hadir membubarkan massa, memukuli beberapa aktivis, dan tidak tahu malu menenteng Tuhan dalam tangan mereka, serta menyuarakan takbir.

Polisi datang telat, dengan dalih mengatasi demonstrasi menolak kenaikan BBM di Istana. Kalau pun tak telat, Polisi sudah ketahuan tajinya: bakal tak berani menindak FPI. Hukum kita ompong. Kewargaan diijak, dan kita sekali lagi menyaksikan vandalisme yang tak berdasar, bagi kemanusiaan kita dan traktat kewargaan kita, yang semestinya menjunjung kemajemukan dan keberadaban. Bukan kebiadaban, Saudara!